Hubungan Akalasia dengan Autoimun

Seiring perkembangan jaman beberapa penyakit yang dulunya sulit untuk dideteksi sekarang mulai mudah dideteksi seperti autoimun. Kenapa autoimun? Karena gejala ini hampir sama dengan gejala penyakit lain. Salah satunya akalasia.

Apa itu akalasia?

Akalasia adalah gangguan pencernaan yang terjadi pada esofagus atau kerongkongan. Esofagus adalah bagian dari saluran pencernaan. Menghubungkan langit-langit mulut bagian belakang dengan lambung sehingga ketika makanan masuk melewati esofagus menuju lambung. Proses masuknya makanan menuju lambung lewat esofagus disebut gerakan peristaltik.

Baca Juga Artikel  Mengenal Tanda-Tanda Akalasia dan Cara Mengatasinya


Esofagus bagian bawah namanya sfingter yang juga memiliki peran seperti gerbang yang memisahkan antara esofagus dengan lambung.  Fungsinya membuka dan menutup ketika ada makanan yang akan  masuk ke lambung.

Pada kasus akalasia, sfingter yang merupakan gerbang masuknya makanan malah terganggu atau tampak tertutup karena saraf pada sfingter esofagus otot-ototnya tidak bisa rileks. 

Akibatnya penderita akalasia mengalami kesulitan dalam menelan makanan. Disebabkan makanan tadi terperangkap di sfingter esofagus. Akhirnya pencernaan menjadi terganggu. 

Kenali tanda akalasia


Gejala utama yang paling mudah diketahui adalah kesulitan dalam menelan.  Maksudnya disini adalah gangguan menelan ini terjadi secara perlahan dan berlangsung bertahun-tahun. Kesulitan menelan berupa bentuk padat atau cairan. 

Gejala lainnya adalah nyeri pada dada yang terjadi setelah makan dan muntah. Rasanya dada seperti terbakar dan akibatnya juga adalah penurunan berat badan.

Baca Juga Artikel Mengenal  Akalasia, Sebab dan Cara Mengatasinya

Kaitan akalasia dengan autoimun


Penyakit akalasia untuk sementara belum diketahui secara pasti apa penyebabnya. Tetapi,  berbagai studi genetik menyebutkan bahwa akalasia adalah  bagian dari penyakit autoimun. Hal itu disimpulkan karena jenis gen yang ditemukan peneliti tehadap penderita  juga ditemukan pada penderita autoimun diabetes tipe 1, lupus dan  sklerosis multipel. 

Diagnosis dan penanganan akalasia


Biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu terhadap pasien akalasia. Apakah positif atau negatif. Jika hasilnya positif, dokter akan melakukan tindakan pemeriksaan untuk menangani pasien tersebut. Adapun tindakan-tindakan pemeriksaan yang dilakukan dokter, sebagai berikut: 

Pemeriksaan Barium swallow

Dalam pemeriksaan barium swallow, dokter meminta si pasien untuk menelan cairan kontras yang isinya mengandung barium. Ketika sudah ditelan, pasien akan di rontgen untuk melihat daerah esofagus untuk difoto.

Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat cairan barium apakah ada penyempitan di daerah esofagus terutama di bagian sfingter esofagus.

Endoskopi

Endoskopi adalah pemeriksaan dengan cara memasukkan kamera dengan ukuran yang sangat kecil menuju esofagus. Dengan tujuan apakah untuk melihat apakah terjadi gangguan di bagian sfingter esofagus.

Manometri

Manometri teknik pemeriksaan ini adalah dengan memasukkan selang kedalam mulut menuju esofagus. Tujuannya untuk menilai kekuatan otot esofagus dalam menelan air.

Miotomi Heller

Teknik pengobatan yang juga telah dilakukan sejak lama ((klasik) yaitu dengan operasi miotomi heller. Teknik ini dilakukan dengan cara memotong sfingter esofagus yang menjadi sumber masalah.


Meski penyakit akalasia secara pasti belum diketahui penyebabnya. Penyakit ini dapat sembuh tanpa harus melakukan operasi yaitu dengan memasukkan balon yang seukuran esofagus untuk melebarkan sfingter esofagus agar makanan dapat masuk ke lambung.

Dengan beberapa teknik tadi, penyakit akalasia dapat ditangani. Untuk penyakit akalasia sendiri belum bisa dijelaskan secara penuh. Akalasia dampaknya menganggu pencernaan, yang memang ada hubungannya dengan autoimun. Sebab gejalanya mirip dengan maag dan GERD. 

0 Response to "Hubungan Akalasia dengan Autoimun"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel